SRAGEN, AWAL 2017. Kulit wajahnya sudah keriput.
Tingginya sekitar 160 sentimeter. Gerakannya sudah lamban. Penglihatannya sudah kabur. Jarak
pandangnya hanya sekitar satu meter. Tapi dia
bisa merasakan keberadaan orang-orang di sekitarnya. Itulah Sodimedjo atau
biasa dipanggil Mbah Gotho yang usianya konon sudah lebih 146 tahun.
Dalam usianya yang
sudah sangat sepuh itu, dia masih bisa menikmati es krim, es teh dan rokok
filter yang diisapnya setiap hari. Ingatannya masih cukup kuat ketika bercerita
tentang peristiwa masa lalu. Misalnya soal keberadaan Pabrik Gula Gondang
Winangoen di pinggiran barat kota Klaten, Jawa Tengah, yang semula bernama
Suikerfabriek Gondang Winangoen semasa penjajahan Belanda. “Ya, saya lahir tak
jauh dari pabrik itu. Dulu saya suka main di pabrik itu,” ujar Mbah Gotho.
Cara bertuturnya masih
runut, meski sesekali bicaranya tak tentu arah, kerap berganti-ganti topik
pembicaraan. Ketika ditanya tentang keluarganya, dia tak banyak mengingatnya
dengan pasti. "Istriku banyak, ada anak Wedana Gondang, ada juga anaknya
Demang. Dulu belum cerai saja saya sudah punya isteri lagi. Tapi isteriku sudah
meninggal semua, anakku empat, semua juga sudah meninggal. Yang masih hidup
hanya saya,” lanjutnya.
Sepeninggal anaknya tahun
1993, cucu dari isterinya yang keempat, Suryanto, yang merawatnya. Kini, Mbah
Gotho tinggal bersama pasangan Suryanto dan Suwarni di Dusun Segeran, Desa
Cemeng, Sragen, Jawa Tengah. Menurut Suryanto, Mbah Gotho dikenal sebagai sosok
yang rajin bekerja dan penyabar. “Dari dulu sehat, tidak bisa diam di rumah.
Mencangkul, mencari rumput. Beliau punya kebiasaan bangun pagi dan tidak pernah
menggunakan alas kaki. Keluhannya hanya meriang dan dikerokin saja pasti
sembuh.”
Sebuah hukum alam. Semakin
hari, kondisi fisik Mbah Gotho terus menurun, sehingga aktivitasnya kini
terbatas. Dia hanya duduk-duduk di teras dan ketika merasa lelah kembali ke
tempat tidur. “Jalan harus dibantu, makan disuapi, dan dimandikan sehari dua kali.
Itu wajar karena usianya yang sudah sepuh,” tambah Suryanto.
Benarkah usia Mbah
Gotoho setua itu? Dia memang tak memiliki akta kelahiran sehingga tahun dia
dilahirkan hanya berdasarkan pengakuannya. Satu penanda dari penghitungannya
adalah keberadaan Pabrik Gula Gondang Winangoen. Menurut dia, "Pabrik Gondang
ada, saya sudah lahir." Sekadar informasi, Pabrik Gula Gondang Winangoen berdiri
tahun 1880 oleh NV Klatensche Cultuur Maatschappijpabrik.
Menurut pengakuan Mbah
Gotho yang kemudian dicatat pada Kartu Tanda Penduduk (KTP)-nya, dia lahir di
Klaten, tanggal 31 Desember 1870. Mbah Gotho merupakan anak kedua dari 11
bersaudara, putera
dari pasangan Setrodikromo dan Saliyem. Artinya, jika pengakuan Mbah Gotho
benar, kini usianya sudah 146 tahun lebih, melampaui rekor manusia tertua dari Perancis,
yaitu nenek Jeanne Calment, yang tercatat 122 tahun. Sejauh ini, rekor manusia
tertua adalah James Olofintuyi asal Nigeria yang mengaku berusia 171 tahun, dan
Dhaqabo Ebba dari Ethiopia yang mengaku berusia 163 tahun.
Ketika ditanya resep umur
panjangnya, dia jawab sangat sederhana. “Kuncinya
hanya sabar," ujar Mbah Gotho. ***
Sumber informasi:
Diolah dari beberapa sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar