Selasa, 01 November 2016

ROKOK dan Diabetes




“MEROKOK MEMBUNUH” dan kata-kalimat peringatan sejenisnya, lumrah kita temukan pada bungkus rokok. Itu adalah penjelasan singkat tentang risiko kebiasaan mengisap gulungan kertas berisi tembakau itu.

Rokok memang dapat menyebabkan sederetan penyakit, seperti “kanker, serangan jantung, impotensi, serta gangguan kehamilan dan janin”. Namun, masalah kesehatan akibat rokok tidak berhenti sebatas daftar penyakit itu.

Seperti dilansir Majalah Time, riset Profesor Xiao-Chuan Liu dari California State Polytechnic University pada 2011 mendapati, nikotin yang bercampur dengan darah manusia dapat meningkatkan level hemoglobin A1c (HbA1c) sebanyak 34 pesen…!

Hemoglobin A1c merupakan kombinasi hemoglobin —protein yang mengandung zat besi pembawa oksigen ke paru-paru— dan glukosa, serta menjadi indikator kadar gula darah dalam tubuh. Semakin tinggi level HbA1c, maka semakin besar pula kemungkinan pembuluh darah tersumbat oleh protein yang terbentuk pada berbagai jaringan dalam tubuh, mulai dari mata, hati, dan pembuluh darah.

Selain kandungan nikotin, asap rokok juga memuat radikal bebas pengganggu kinerja insulin yang dihasilkan pankreas. Dalam kondisi begitu, diabetes pun jadi ancaman tambahan bagi perokok. “Tanpa insulin, tubuh tidak bisa mengubah glukosa menjadi energi dan membuat kadar gula darah tinggi,” ungkap Ketua Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), Achmad Rudjianto.

Pada perokok, saraf sensori pada tubuh pun dapat kehilangan fungsi normalnya atau mati. Hal ini acap kali menyebabkan gejala komplikasi penyakit —seperti nyeri dada ketika serangan jantung— tak terasa. Hasilnya, penderita akan rentan langsung mengalami kolaps dan syok.

Pencegahan

Jalan terbaik menutup risiko diabetes pada perokok ialah dengan menghentikan kebiasaan merokok. Cara ini memang tidak mudah dilakukan, tetapi bukan mustahil. Kita dapat mulai, salah satunya, dengan mengurangi jumlah konsumsi rokok per hari.

Dalam proses berhenti merokok, kita lebih baik tidak mengganti rokok dengan produk bernikotin lain, seperti koyo nikotin atau rokok elektronik. Pasalnya, produk seperti itu tetap saja mampu memicu kenaikan level A1c dalam darah.

Memeriksa kadar gula darah secara rutin juga penting dilakukan untuk mengantisipasi diabetes. Tak perlu ke rumah sakit, alat pendeteksi gula darah mandiri sudah mudah ditemukan dan langsung dipakai sendiri di rumah. Umumnya, cara kerja peranti tersebut menyertakan test strip untuk mengambil contoh darah. Selanjutnya, alat akan menunjukkan tingkat gula darah dalam tubuh.


Gula darah ada pada batas normal bila kurang dari 100 mg/dl dan terbilang tinggi jika melebihi nilai 126 mg/dl. Sementara itu, angka di antara 100 mg/dl hingga 126 mg/dl berarti kitaa masuk dalam fase pre-diabetes. ***

(Sumber informasi: Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar